ultinational
Corporation (MNC) telah menjadi pembahasan yang penting di era globalisasi saat
ini. Signifikansi peranannya dalam pasar dapat dikatakan telah melampaui
negara. Dalam beberapa situasi bahkan MNC dapat mempengaruhi kebijakan negara
agar kepentingannya dapat tercapai. Dalam paper ini akan dibahas mengenai
sejauh mana peran MNC dalam ekonomi politik internasional berdarkan dari
artikel Robert Gilpin “The State and The Multinationals” dalam Global Political
Economy (2001).
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai MNC maka perlu diketahui pengertian MNC itu
sendiri. Gilpin (2001) secara sederhana mengartikan bahwa MNC adalah “a firm of
a particular nationality with partially or wholly owned subsidiaries within at
least one other national economy”. MNC dalam menjalankan bisnisnya cenderung
untuk terus memperluas pasar ke luar negeri. Salah satu bentuk perluasan pasar
adalah melalui foreign direct investment (FDI). FDI bertujuan untuk mencapai
kontrol sebagian atau penuh atas pemasaran, produksi, atau fasilitas lainnya
pada ekonomi (Gilpin, 2001: 278). FDI sering dilakukan dengan dua cara yaitu
membeli perusahaan yang sudah ada atau perusahaan membangun sendiri fasilitas
baru. Bentuknya antara lain dengan melakukan merger, takeovers, atau melalui
aliansi antar perusahaan dengan perusahaan negara tujuan. FDI ini merupakan
strategi MNC untuk mempermanenkan usahanya di negara lain, dengan begitu maka
diharapkan akan memperoleh efisiensi yang lebih tinggi.
Eksistensi
MNC dalam ekonomi internasional telah ada sebelum globalisasi booming. Apabila
globalisasi dianggap muncul ketika terjadi revolusi informasi tahun 1980an maka
MNC telah ada sebelum itu. The Dutch East India Company merupakan salah satu
contoh MNC yang ada pada zaman kolonial dan berdiri sejak abad ke-17
(Britannica). Jumlah MNC saat itu juga masih sedikit jika dibandingkan dengan
era globalisasi saat ini dimana MNC telah tumbuh berkali-kali lipat. Saat ini
telah banyak MNC yang berkonsentrasi pada berbagai bidang produksi seperti
Samsung, Microsoft, Sony, Daimler-Chrysler. MNC juga tumbuh tidak hanya di
negara maju tetapi banyak juga di negara berkembang seperti perusahaan Telecom
yang dimiliki Carlos Slim dari Mexico. Carlos Slim sendiri tercatat menjadi
orang terkaya di dunia versi Forbes. (Business Insider, 2013). Kemudian
perusaahan baja Arcellor Mittal yang dimiliki seorang India, Lakshmi Mittal
menjadi perusaahan baja terbesar di dunia (Jagran Josh, 2013). Hal ini
membuktikan bahwa MNC telah tumbuh pesat saat ini, bahkan negara MNC dari
negara berkembangpun dapat menjadi perusahaan yang diperhitungkan dalam ekonomi
dunia.
Apabila
dibandingkan lagi antara MNC terdahulu dan MNC sekarang maka akan terdapat
perbedaan. Gilpin (2001) beranggapan bahwa perusahaan transnasional dahulu
lebih powerfull daripada MNC yang ada saat ini. Mereka dapat memerintah armada
dan tentara, mereka juga mempunyai kebijakan luar negeri sendiri, dan
mengkontrol perluasan teritori. Tercatat negara sub-Asia (India, Pakistan, dan
Bangladesh), Hindia Timur (Indonesia), dan Afrika Selatan dikuasai oleh MNC.
Perbedaan lain antara MNC kuno dan modern adalah pada zaman dahulu MNC
memproduksi barang barang agrikultur dan industri ekstraktif sedangkan sekarang
berkembang pada sektor manufaktur, ritel, dan jasa. Selain itu MNC sekarang
beroperasi secara nasional dan internasional, dan terkadang mempengaruhi
strategi perusaahan internasional (Gilpin, 2001:279). Gilpin (2001) kemudian menambahkan
bahwa MNC dahulu cenderung untuk mengeksploitasi penduduk pribumi namun
sekarang MNC telah menjadi sumber modal dan teknologi yang penting bagi
perkembangan ekonomi negara kurang maju.
FDI dan MNC
Untuk
lebih memahami MNC, Gilpin (2001) beranggapan bahwa kita perlu mempelajari
pemikiran dari ekonom radikal, ekonom bisnis, dan ekonom politik karena ekonom
mainstream yaitu ekonom neoklasik cenderung untuk bersikap acuh terhadap MNC.
Ekonom neoklasik lebih percaya akan kekuatan pasar daripada kekuatan negara.
Mereka percaya bahwa perilaku perusahaan ditentukan hampir seluruhnya oleh
sinyal-sinyal pasar, oleh karena itu kebangsaan dari perusahaan , apakah
perusahaan tersebut beroperasi secara domestik atau internasional tidak menjadi
hal yang penting (Gilpin,2001:279).
Kendala
metodologis kemudian muncul ketika tidak ada teori yang diakui secara umum
untuk menjelaskan MNC dan FDI. Kurangnya model umum ini menyebabkan tumbuhnya
ambiguitas dan sikap bertentangan diantara ekonom terhadap perusahaan multinasional
(Gilpin, 2001:280). Alasan utama mengapa ekonom neoklasik tidak dapat
memberikan eksplanasi teori general untuk menjelaskan MNC dan FDI adalah bahwa
sebagian besar MNC merupakan produk dari pasar tidak sempurna dan pengalaman
perusahaan yang unik (Gilpin,2001:280). Sebagai contoh adalah IBM yang
mempunyai hubungan politik harmonis dengan pemerintahan negara host daripada
konsentrasi untuk alasan ekonomi. Pasar tidak sempurna juga terkadang malah
diciptakan oleh pemerintah melalui proteksi perdagangan dan kebijakan industri.
Hal ini ditujukan untuk melayani kepentingan dari MNC untuk berinvestasi. Dari
contoh tersebut maka telah tercipta ambiguitas dimana ekonom neoklasik yang
beranggapan bahwa pasar sebagai pemeran utama tanpa intervensi pemerintah menghadapi
kenyataan bahwa MNC dalam bekerja juga mempunyai hubungan erat dengan
pemerintah demi melancarkan kepentingannya.
Pemikiran
dari ekonom bisnis kemudian terwakili oleh teori dari Vernon, Dunning, dan
Porter. Gilpin mengakui tidak dapat mengakomodir semua pemikiran dari ekonom
bisnis, oleh karena itu ketiga ahli tersebut dipilih karena dianggap
pemikirannya yang paling penting dan relevan untuk memahami ekonom bisnis.
Kontribusi pertama adalah dari Raymond Vernon melalui Vernon’s Product Cycle Theory.
Teori ini beranggapan bahwa setiap produk akan mengikuti siklus kehidupan dari
inovasi melalui kedewasaan menuju penurunan dan akhirnya usang
(Gilpin,2001:282). Pada awalnya perusahaan mengekspor produk dari negara asal
mereka, kemudian akan terjadi perubahan dimana hal ini juga langkah menuju
kedewasaan. Kegiatan kedewasaan ini seperti standarisasi teknik produksi atau
menciptakan permintaan pasar luar negeri. Pada perkembangannya akan ada peniru
asing yang menyaingi. Untuk menghalangi ekspansi perusahaan peniru ini,
perusahaan asli akan mendirikan fasilitas produksi di negara lain. Dengan
demikian, menurut teori siklus produk Vernon, FDI secara prinsip merupakan alat
yang digunakan perusahaan untuk mendahului kompetisi luar negeri dan untuk
mempertahankan monopoli mereka (Gilpin,2001:283).
Kemudian
John Dunning melalui teori eklektik menekankan pentingnya teknologi bagi
perkembangan MNC. Kemajuan revolusioner pada komunikasi dan transportasi telah
membuat secara teknis memungkinkan bagi perusahaan untuk mengatur dan mengelola
jasa dan sistem produksi pasa basis global (Gilpin,2001:283). Akibatnya
kemajuan teknologi akan mengurangi biaya transaksi dan biaya internasionalisasi
lainnya. Berdasar teori ini kesuksesan MNC merupakan hasil dari karakteristik tertentu
yaitu kepemilikan, lokasi, dan yang paling penting adalah internalisasi
(Gilpin,2001:284). Internalisasi sebagai contoh adalah ketika perusahaan mempunyai keunggulan spesifik yang
tidak dimiliki perusahaan lain, perusahaan tersebut akan berusaha untuk
memanfaatkan keunggulannya sebaik mungkin tanpa membocorkannya ke pihak lawan.
Tujuan internalisasi ini dapat diraih melalui FDI dan pembentukan ekonomi anak
perusahaan yang dimiliki perusahaan induk (Gilpin,2001:284). Kemudian
keunggulan lokasi juga memegang peranan penting. MNC dapat memperoleh faktor
produksi yang dibutuhkan di seluruh dunia dan juga dapat mengakses tenaga kerja
terampil murah. Dunning juga menambahkan faktor deregulasi pasar dan jasa.
Deregulasi dan integrasi pasar finansial telah mendorong tumbuhnya FDI. Sebagai
contoh adalah Jepang yang berkeinginan untuk melompati hambatan perdagangan dan
untuk mengurangi friksi perdagangan telah menumbuhkan ekspansi FDI.
Teori
selanjutnya adalah dari Michael Porter dengan teori strategi. Dia pada awalnya
berasumsi bahwa MNC telah masuk ke dalam era menajemen strategis. Bisnis
internasional kemudian mempunyai karakteristik berupa “value chain” atau rantai
nilai dari kegiatan mulai ekstraksi, produksi, sampai dengan pemasaran. Porter
selanjutnya berargumen bahwa strategi perusahaan menentukan struktur dan lokasi aktivitas ekonomi. Pada
perkembangannya Porter mengikuti teori eklektik dimana terjadi keuntungan
melekat yang dimiliki oleh MNCs. Keuntungan luarbiasa MNC melalui perusahaan
domestik ini adalah bahwa ia menyediakan
akses ke berbagai macam kemungkinan melalui yang dapat “memasuki rantai nilai”.
Esensi dari manajeman strategi adalah bahwa perusahaan transnasional telah
memiliki pilihan lebih luas dan teknik yang lebih daripada yang dimiliki perusahaan
domestik terbesar sekalipun (Gilpin,2001:286). Mekanisme ini tidak hanya
melalui FDI tetapi juga dengan strategi aliansi, komponen produksi outsourcing,
dan lisensi teknologi (Gilpin,2001:286). Kemudian perusahaan dapat hubungan
korporasi dengan perusahaan induk. Melalui teknologi informasi modern dan
monopoli sumberdaya informasi, MNC dapat menjadi dominan atas kompetitor
domestik maupun internasional (Gilpin,2001:286). Pada intinya teori strategi
ini membahas tentang bagaimana strategi perusahaan digambarkan mulai dari tahap
produksi sampai dengan konsumen akhir dengan tujuan mengejar keunggulan
kompetitif.
Setelah
ekonom mainstream dan ekonom bisnis, selanjutnya adalah ekonom politik. Gilpin
(2001) membagi menjadi dua bagian pemikiran ekonom politik. Dua pemikiran
tersebut adalah kritik radikal atau Marxis dan interpretasi negara-sentris.
Teori radikal atau marxis diungkapkan oleh Stephen Hymer. Ia pada awalnya
beranggapan bahwa FDI berbeda dengan investasi portofolio. FDI merupakan bagian
dari strategi ekspansionis perusahaan, dengan keinginannya untuk mengkontrol
produksi atau fasilitas lain pada negara luar negeri (Gilpin,2001:286). Oleh
karena itu MNC yang pada umumnya dikuasai Amerika menurut Hymer sebenernya
bermaksud untuk mengeksploitasi dan untuk mempertahankan monopolinya.
Selanjutnya Hymer percaya bahwa monopoli kapitalis diregakkan oleh dua hukum
fundamental. Hukum pertama adalah meningkatkan ukuran perusahaan. Ketika
perusahaan tumbuh maka mereka akan melakukan ekpansi lintas batas negara,
menciptakan hirarki core-periperi dan pembagian kerja internasional. Hukum
kedua adalah hukum pembangunan tidak merata. MNC akan mengkontrol dan
mengeksploitasi seluruh dunia untuk kepentingannya sendiri. Kegiatan MNC ini
akan mengakibatkan ekonomi dunia terdiri dari masyarakat utara kaya yang
melakukan mengesploitasi dan masyarakat miskin selatan yang tereksploitasi.
Selanjutnya
adalah interpretasi negara-sentris yang berargumen bahwa tumbuh dan suksesnya
MNC di dunia modern dapat terjadi hanya dalam lingkungan politik internasional
yang menguntungkan (Gilpin,2001:288). Mereka menolak pemikiran ekonom bisnis
dan beranggapan bahwa MNC tidak dapat dijelaskan semata-mata pada bentuk
kekuatan pasar dan atau strategi korporasi, dibaliknya pasti ada lingkungan
politik yang menguntungkan yang memang telah diciptakan oleh kekuatan dominan.
Sebagai contoh adalah Pax Britannica yang telah menciptakan lingkungan politik
yang mendukung ekpasnsi dari perusahaan Inggris, atau kekuasaan Amerika Serikat
setelah Perang Dunia II telah menciptakan keuntungan bagi perusahaan Amerika
sendiri untuk memperluas pasar melalui aturan yang dibuatnya. Selanjutnya
pemikir negara-sentris ini percaya
apabila konsensus dan kerjasama diantara kekuatan utama kapitalis rusak,
maka dominasi MNC pada ekonomi dunia akan tergerus secara bertahap
(Gilpin,2001:288).
Diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar