Astronomi adalah ilmu pengetahuan tertua. Wajar sekali bagi manusia. purba
untuk mempelajari gerak benda langit, karena matahari, bintang dan bulan
berpengaruh pada cara mereka menyelenggarakan kehidupannya. Pada hari terang
dan panas, mereka dapat berburu dan melaksanakan tugas lain. Jadi, kegiatannya diatur
oleh saat terbit dan tenggelam matahari. Tetapi bulan juga penting bagi mereka,
bukan hanya karena menerangi malam saja. Perubahan fasenya, yang teratur,
merupakan dasar awal penentuan kalender. Bulan memerlukan selang waktu 291/2
hari sejak mulai bulan purnama satu ke bulan purnama berikutnya. Jangka waktu semacam
ini dikenal sebagai satu bulan komariyah.
Keuntungan mempunyai kalender terpercaya menjadi jelas sekitar 8000 tahun
s.M., tatkala orang mulai bercocok tanam. Karena dengan pembagian waktu, dapat
direncanakan musim tabur dan musim panen. Orang Babilon purba mengira setahun
terdiri atas dua belas bulan komariyah. Karena itu mereka membuat kalender yang
terdiri atas 12 bulan, yang panjangnya masing-masing berselang-seling 29 dan
30 hari. Sayang sekali bahwa dengan demikian setahun hanya berjumlah 354 hari
11 hari lebih pendek dari sebenarnya. Kesalahan ini segera menjadi nyata,
karena dengan perjalanan waktu bulan komariyah ternyata tidak sesuai dengan kedatangan
musim. Untuk mengatasi hal ini, satu bulan tambahan perlu disisipkan tiap 3
tahun sekali. Walaupun begitu tahun pada kalender masih selalu sedikit lebih
pendek, dan selalu diperlukan pembetulan dari saat ke saat. Orang Babilon sudah
mengetahui bahwa kelompok bintang tertentu tampak di langit pada musim tertentu
pula. Karena itu, sejak tahun 2100 S.M. mereka mempergunakan bintang-bintang
untuk mengakurkan kalender. Bilamana sebuah bintang tampak tidak pada saat
yang seharusnya menurut hitungan kalender mereka, koreksi perlu diadakan. Di negara
lain didapat tatanan kalender lain pula. Kalender ini juga didasarkan pada
pengamatan atas bulan dan bintang secara astronomi.
Hikayat, Dongeng dan Agama
Dengan sistem penanggalan cermat, astronom dapat meramalkan peristiwa yang
akan terjadi, seperti kejadian gerhana dan penampakan komet. Tetapi, mereka
tetap belum dapat menerangkan mengapa peristiwa semacam itu terjadi. Dan mereka
juga tidak mempunyai gagasan akan hakikat yang sebenarnya mengenai benda-benda
langit. Karena itulah hikayat dan cerita berkembang dan dipergunakan untuk
menerangkan hal-hal yang serba gaib itu.
Orang Cina umpamanya mengira gerhana matahari disebabkan karena ada seekor
naga mencoba menelan matahari. Mereka berteriak sembari beramai-ramai memukul
gong untuk menghalau si naga. Taktik tersebut kelihatannya berhasil, terbukti
dari penyembulan kembali matahari tidak lama berselang.
Kemudian ilmu astronomi buat beberapa waktu terhambat karena orang
memberhalakan matahari dan bulan sebagai dewa. Beruntung sekali, beberapa orang
selalu mempertanyakan apa yang mereka lihat, dan dengan itu astronomi merayap
ke depan.
Bumi dan Kedudukannya.
Astronom purba mengira bumi kita datar. Gagasan pertama yang mengatakan
bahwa muka bumi kita lengkung, berasal dari filsuf Yunani Aristoteles, sekitar
tab.un 300 s.M. Menurut dia, lengkungnya bumi dapat dipergunakan untuk
menerangkan bintang-bintang tertentu tampak dari suatu tempat, tetapi tidak
tampak dari tempat lain. Hal itu juga dapat dipakai untuk menerangkan lengkung
bayangan bumi yang tampak di bulan, pada saat gerhana bulan. Segera diterimalah
pendapat bahwa bumi kita berujud bola. La6 pula, karena planet kita adalah
benda langit terpenting, orang Yunani purba menganggap bumi sebagai pusat dari
alam semesta. Di sekelilingnya beredarlah matahari, bulan clan planet lain mengelilingi
bumi, dengan bintang-bintang yang berkedudukan tetap sebagai latar belakang.
Namun hal ini belum dapat mengung..kap pergerakan planet yang aneh. Baru pada
kira-kira tahun 100 s.M. seorang filsuf Yunani, Ptolomeus. mengetengahkan pikiran
sebagai berikut: planet-planet mempunyai lintasan berujud lingkaran kecil
(episikel). Lingkaran kecil ini menempuh garis edar yang berujud lingkaran
besar (deferen) mengelilingi bumi. Pandangan Ptolomeus yang tidak benar ini
dianggap sebagai benar selama 14 abad berikutnya.
Sumber: Pustaka Pengetahuan Modern : Bintang dan Planet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar