Senin, 30 Maret 2015

ASTRONOMI

Astronomi adalah ilmu pengetahuan tertua. Wajar sekali bagi manusia. purba untuk mempelajari gerak benda langit, karena matahari, bintang dan bulan berpengaruh pada cara mereka me­nyelenggarakan kehidupannya. Pada hari terang dan panas, mereka dapat berburu dan melaksanakan tugas lain. Jadi, kegiatannya diatur oleh saat terbit dan tenggelam matahari. Tetapi bulan juga penting bagi mereka, bukan hanya karena menerangi malam saja. Perubahan fasenya, yang teratur, merupakan dasar awal penentuan kalender. Bulan memerlukan selang waktu 291/2 hari sejak mulai bulan purnama satu ke bulan purnama berikutnya. Jangka waktu semacam ini dikenal sebagai satu bulan komariyah.
Keuntungan mempunyai kalender terpercaya menjadi jelas se­kitar 8000 tahun s.M., tatkala orang mulai bercocok tanam. Karena dengan pembagian waktu, dapat direncanakan musim tabur dan musim panen. Orang Babilon purba mengira setahun terdiri atas dua belas bulan komariyah. Karena itu mereka membuat kalender yang terdiri atas 12 bulan, yang panjangnya masing-masing berselang­-seling 29 dan 30 hari. Sayang sekali bahwa dengan demikian se­tahun hanya berjumlah 354 hari 11 hari lebih pendek dari sebenarnya. Kesalahan ini segera menjadi nyata, karena dengan perjalanan waktu bulan komariyah ternyata tidak sesuai dengan kedatangan musim. Untuk mengatasi hal ini, satu bulan tambahan perlu disisipkan tiap 3 tahun sekali. Walaupun begitu tahun pada kalender masih selalu sedikit lebih pendek, dan selalu diperlukan pembetulan dari saat ke saat. Orang Babilon sudah mengetahui bahwa kelompok bintang tertentu tampak di langit pada musim tertentu pula. Karena itu, sejak tahun 2100 S.M. mereka mem­pergunakan bintang-bintang untuk mengakurkan kalender. Bila­mana sebuah bintang tampak tidak pada saat yang seharusnya menurut hitungan kalender mereka, koreksi perlu diadakan. Di negara lain didapat tatanan kalender lain pula. Kalender ini juga didasarkan pada pengamatan atas bulan dan bintang secara astro­nomi.
Hikayat, Dongeng dan Agama
Dengan sistem penanggalan cermat, astronom dapat meramalkan peristiwa yang akan terjadi, seperti kejadian gerhana dan pe­nampakan komet. Tetapi, mereka tetap belum dapat menerangkan mengapa peristiwa semacam itu terjadi. Dan mereka juga tidak mempunyai gagasan akan hakikat yang sebenarnya mengenai benda-benda langit. Karena itulah hikayat dan cerita berkembang dan dipergunakan untuk menerangkan hal-hal yang serba gaib itu.
Orang Cina umpamanya mengira gerhana matahari disebabkan karena ada seekor naga mencoba menelan matahari. Mereka ber­teriak sembari beramai-ramai memukul gong untuk menghalau si naga. Taktik tersebut kelihatannya berhasil, terbukti dari pe­nyembulan kembali matahari tidak lama berselang.
Kemudian ilmu astronomi buat beberapa waktu terhambat karena orang memberhalakan matahari dan bulan sebagai dewa. Beruntung sekali, beberapa orang selalu mempertanyakan apa yang mereka lihat, dan dengan itu astronomi merayap ke depan.
Bumi dan Kedudukannya.

Astronom purba mengira bumi kita datar. Gagasan pertama yang mengatakan bahwa muka bumi kita lengkung, berasal dari filsuf Yunani Aristoteles, sekitar tab.un 300 s.M. Menurut dia, lengkung­nya bumi dapat dipergunakan untuk menerangkan bintang-bintang tertentu tampak dari suatu tempat, tetapi tidak tampak dari tempat lain. Hal itu juga dapat dipakai untuk menerangkan lengkung bayangan bumi yang tampak di bulan, pada saat gerhana bulan. Segera diterimalah pendapat bahwa bumi kita berujud bola. La6 pula, karena planet kita adalah benda langit terpenting, orang Yunani purba menganggap bumi sebagai pusat dari alam semesta. Di sekelilingnya beredarlah matahari, bulan clan planet lain mengelilingi bumi, dengan bintang-bintang yang berkedudukan tetap sebagai latar belakang. Namun hal ini belum dapat meng­ung..kap pergerakan planet yang aneh. Baru pada kira-kira tahun 100 s.M. seorang filsuf Yunani, Ptolomeus. mengetengahkan pikiran sebagai berikut: planet-planet mempunyai lintasan berujud lingkaran kecil (episikel). Lingkaran kecil ini menempuh garis edar yang berujud lingkaran besar (deferen) mengelilingi bumi. Pandangan Ptolomeus yang tidak benar ini dianggap sebagai benar selama 14 abad berikutnya.
Sumber: Pustaka Pengetahuan Modern : Bintang dan Planet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar