1. Pengertian
Fraktur adalah : terputusnya
hubungan / kontinuitas jaringan tulang (Syamsuhidayat, 1997).
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
(Mansjoer, Arif. 1999)
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, Chairuddin. 2007)
2. Anatomi dan fisiologi
a. Tulang dalam garis besarnya di
bagi atas :
1) Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang
misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus, dimana daerah batas disebut
diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis di sebut metafisis.
Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan
atau penyakit, oleh karena itu daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif
dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada
daerah lempeng episis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2) Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara
lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.
3) Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara
lain tilang iga, tulang skapula, dan tulang pelvis. Tulang yang terdiri dari
bagian yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang
bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan di luarnya dilapisi oleh periosteum.
Periosteum pada anak lebih tebal dari pada orang dewasa yang memungkinkan
penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa.
b. Fungsi tulang sebagai struktur
dan organ
Tulang adalah jaringan yang
terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi utama, yaitu :
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagai tempat melekatnya otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk
melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak, sumsum tulang
belakang , jantung dan paru-paru
4) Sebagai tempat deposit
kalsium, fosfor, magnesium dan garam
5) Sebagai organ yang berfungsi
sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel
darah putih dan trombosit.
c. Sel-sel tulang dan fungsinya
Osteoblas merupakan salah satu
jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim yang sangat penting dalam proses
osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteblas dapat memproduksi substansi
organik intraseluler atau matriks dimana kasifikasi terjadi dikemudian hari.
Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid dan apabila kalsifikasi
terjadi pada matriks maka jaringan di sebut tulang. Sesaat setelah osteoblas
dikelelengi oleh substsansi organik intraseluler disebut osteosit dimana
keadaan ini terjadi di dalam lakuna.
Sel yang bersifat multi nukleus
tidak di tutupi oleh permukaan tulang dengan sifat dan fungsi resorpsi serta
mengeluarkan tulang yang di sebut osteoklas. Kalsium hanya dapat dikeluarkan
melalui tulang dari proses aktivitas osteoklasis yang menghilangkan matriks
organik dan kalsium secara bersamaan dan di sebut deosifikasi.
d. Anatomi Tangan
Ada tiga macam tulang yang
menyusun tangan, yaitu:
1) Tulang Pergelangan Tangan
(Karpus)
Pergelangan tangan terbentuk dari
delapan tulang karpal irteguler yang tersusun dalam dua baris, dan setiap
barisnya terdiri dari empat tulang. Barisan tulang karpal proksimal yang
terdiri dari navicular(skafoid),lunatum, trikuetral(triangular),dan pisiform.
Barisan tulang karpal distal yang terdiri dari: Trapezium, Trapezoid,
Kapitatum, Hamatum.
2) Tangan (metacarpus)
Tangan tersusun dari lima tulang
metakarpal’dimana semua tulang metacarpal berukuran serupa kecuali tulang
metacarpal pertama pada ibujari. Setiap tulang metacarpal memiliki sebuah dasar
proksimal yang berartikulasi dengan barisan distal tulang karpal pergelangan
tangan.kepala tulang metacarpal membentuk buku jari yang menonjol pada tangan.
3) Tulang – tulang jari (phalanges)
Setiap jari memiliki tiga tulang
yaitu tulang proksimal,tulang medial, dan tulang distal, kecuali ibu jari yang
hanya memiliki tulang proksimal dan medial saja. ( Sloane, 2003 )
3. Etiologi
a. Trauma langsung : benturan
pada tulang yang menyebabkan fraktur pada tempat benturan contoh : kecelakaan
lalu lintas.
b. Trauma tidak langsung : jika
titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan, jatuh dari
ketinggian dengan berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang.
c. Proses suatu penyakit
Penyakit yang melemahkan tulang,
misalnya metastase kanker atau osteomielitis.
4. Patofisiologi
Trauma dapat menyebabkan fraktur yang akan mengakibatkan seseorang
memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan
lunak yang terdapat di sekitar fraktur seperti pembuluh darah syaraf dan otot
serta organ lain yang berdekatan dapat dirusak karena mencuatnya tulang yang
patah. Apabila kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan potensial infeksi.
Tulang memiliki sangat banyak pembuluh darah. Akibat dari fraktur, pembuluh
darah di dalam keluar ke jaringan lunak atau pada luka yang terbuka sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. ( Arief Masjoer. 2000 )
5. Klasifikasi Fraktur
a. Menurut jumlah garis fraktur
1) Simple fraktur
2) Multiple fraktur
3) Comminute fractur : hanya
terdapat satu garis fraktur
: terdapat lebih dari satu garis
: terjadi banyak garis fraktur
atau banyak fragmen kecil yang terlepas.
b. Menurut garis fraktur
1) Fraktur inkomplit
2) Fraktur komplit
3) Hair line fraktur : tulang
tidak terpotong secara total
: tulang terpotong secara total.
: garis fraktur hampir tak tampak
sehingga bentuk tulang tak ada perubahan.
c. Menurut bentuk fragmen
1) Fraktur transversal
2) Fraktur oblique
3) Fraktur spiral : bentuk
fragmen melintang
: bentuk fragmen miring
: bentuk fragmen melingkar
d. Menurut hubungan antara
fragmen dengan dunia luar.
Fraktur terbuka : fragmen tulang
sampai menembus kulit
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3
(tiga) tingkat :
1) Pecahan tulang menusuk kulit,
kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka < 1 cm.
2) Kerusakan jaringan sedang,
Resiko terjadi infeksi lebih besar, luka > 1 cm ( misal fraktur comminutive)
3) Luka besar sampai lebih kurang
8 cm, kehancuran otot kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar misal : luka
tembak
Fraktur tertutup : fragmen tulang
tak berhubungan dengan dunia luar.
e. Tahap dan Proses Penyembuhan
Tulang.
1) Haematoma
Dalam 24 jam mulai pembekuan
darah dan terjadi hematom di sekitar fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke
ujung fraktur meningkat, hematoma ini mengelilingi fraktur dan tidak di
absorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.
2) Proliferasi sel.
Sel-sel dari lapisan dalam
periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur, dimana sel-sel ini menjadi
precusor dari osteoblast, osteogenesis ini berlangsung terus, lapisan fibrosa
periosteum melebihi tulang.
Setelah beberapa hari kombinasi
dari periosteum yang meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di lujung
fraktur.
3) Pembentukan callus
6-10 hari setelah fraktur
jaringan granulasi berubah dan memben¬tuk callus. Sementara pembentukan
cartilago dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang lunak. Callus ini
bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa tulang dan cartilago
sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen tulang
tapi tidak memberikan kekuatan callus sementara ini meluas melebihi garis
fraktur.
4) Ossification
Callus yang menetap / permanen
menjadikan tulang kaku karena adanya penumpukan garam-garam calcium dan bersatu
bersama ujung-ujung tulang. Proses ossifikasi ini mulai dari callus bagian luar
kemuadian bagian dalam dan terakhir bagian tenagh. Proses ini terjadi selama
3-10 minggu.
5) Konsolidasi dan Remodelling.
Pada waktu yang sama pembentukan
tuoang yang sebenarnya callus dibentuk dari aktvitas osteoblast dan osteoklast.
Kelebihan-kelebihan tulang seperti dipahat dan diabsorbsi dari callus. Proses
pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan dari otot.
6. Gambaran Klinis Fraktur
a. Deformitas, dapat berupa :
1) Angulasi
Karena adanya kekerasan
mengakibatkan otot-otot ekstremitas menarik patahan tulang.
2) Pemendekan tonus otot-otot
ekstremitas menarik patahan tulang, sehingga ujung patahan saling bertumpuk.
b. Nyeri
Nyeri tekan dan pembengkakan di
sekitar bagian fraktur. Jika frakturnya terbuka ujung patahan tulang dapat
terlihat di dalam luka.
c. Krepitasi ; Rasa gemeretak
ketika ujung tulang bergeser.
d. Oedema
e. Echymosis
f. Fungsileosa ( gangguan fungsi)
g. spasme otot
h. Kemungkinan lain :
kehilangan sensasi, mobilisasi yang
abnormal,Hypovolemik shock.
7. Komplikasi
a. Segera ( immediate)
Komplikasi yang dapat terjadi
segera setelah fraktur antara lain, shock neurogenik, kerusakan organ,
kerusakan syaraf, dan injury / perlukaan kulit,
b. Early complication
Early komplikasi yang dapat
terjadi : osteomyelitis, emboli, tetanus, nekrosis, dan sindroma compartement.
c. Late complication
Sedangkan komplikasi lanjut yang
dapat terjadi antara lain stiffnes ( kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan
tulang terganggu ( mal union, non union, delayed union, dan cross union).
Pemeriksaan fisik
1) Mengidentifikasi tipe fraktur
( komplit, inkomplit, dan lain-lain).
2) Inspeksi daerah mana yang terkena:.
a. deformitas yang nampak jelas
b. edema , ekimosis sekitar
lokasi cedera
c. laserasi
d. perubahan warna kulit
e. kehilangan fungsi daerah yang
cedera
3) Palpasi :
a. bengkak, adanya nyeri dan
penyebaran
b. krepitasi
c. nadi, dingin
d. observasi spasme otot sekitar
daerah fraktur
e. terpasang alat immobilisasi
pada lokasi cedera.
8. Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
Hb, Ht, leuco, LED, Ca dan P
2) Radiologi :
a. Untuk melihat beratnya cedera/
lokasi
b. Untuk melihat perkembangan
tulang.
9. Penatalaksanaan
Kesembuhan fraktur dapat dibantu
oleh aliran darah yang baik dan stabilitas ujung patahan tulang.
a. Reposisi
Setiap pergeseran atau angulasi
pada ujung patahan harus direposisi dengan hati-hati melalui tindakan
manipulasi yang biasanya dilakukan dengan anesthesi umum.
b. Imobilisasi
Imobilisasi untuk memungkinkan
kesembuhan fragmen yang dipersatukan dengan cara :
c. Fiksasi eksterna.
Fraktur di imobilisasi dengan
bidai atau gips dan traksi.
Penggunaan gips dan traksi
1) Penggunaan gips
Secara umum, gips digunakan untuk
mempertahankan reduksi, namun harus melewati sendi di atas dan di bawah
fraktur. gips sebaiknya tidak berlaminasi dan sesuai dengan geometri tulang
yang diberi gips tersebut. Dengan membalut plester yang lunak di atas tonjolan
tulang biasanya dapat mencegah timbulnya ulserasi tekanan dan dapat
memaksimalkan kemampuan gips tersebut untuk mempertahankan posisi fragmen
fraktur.
Reduksi dan pemasangan gips
seringkali dapat di selesaikan dalam jam sesudah terjadi cedera.. Yaitu saat
pembengkakan jaringan lunak belum maksimal. selain itu proses reduksi juga
dapat memberberat edema jaringan yang sudah ada. Namun karena gips dipasang
berbentuk melingkar, mengelilingi seluruh ekstremitas, maka suplai darah dan
syaraf ke ekstremitas yang cedera harus benar benar diperhatikan. ekstremitas
harus diletakkan lebih tinggi bagian distal ekstremitas yang mengalami cedera
harus diperiksa berulang ulang guna mengawasi perkembangan nyeri, kepucatan
parestesi dan lenyapnya denyut nadi , semua ini adalah tanda-tanda dari
disfungsi neurovaskuler.
Semua keluhan penderita yang
tetap dirasakan setelah reduksi harus benar-benar mendapat perhatian. Tekanan
suplai darah dapat menimbulkan perubahan patologik yang tidak reversible bila
dibiarkan selama satu setengah jam. Pada beberapa jam pertama setelah terjadi
cedera, pemberian obat-obat narkotik secara berulang-ulang adalah suatu
kontraindikasi. Hal ini dapat menghilangkan nyeri lyang timbul dari nekrosis
jarin¬gan.
Tujuan pengunaan gips adalah :
1. Mengimobilisasi , mensupport,
melindungi selama proses penyem¬buhan tulang patah.
2. Mencegah dan memperbaiki
deformitas.
Indikasi pemasangan gips:
Macam-macam gips : short leg,
long leg, silinder, short arm, hip spica.
Yang perlu diperhatikan pada
pemasangan gips:
1. Gips yang tidak pas dapat
menimbulkan perlukaan.
2. Bila sudah parah, gips tidak
dapat digunakan lagi.
3. Gips tidak boleh longgar atau
terlalu kecil.
4. Perhatikan integritas kulit
selama pemasangan gips.
2) Penggunaan Traksi
Metode lain yang baik untuk
mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur adalah dengan traksi.
Traksi dilakukan dengan menempelkan beban dengan tali pada ekstremitas biasanya
lebih disukai traksi rangka dengan pin baja steril yang dimasuk¬kan melalui
fragmen distal atau tulang yang lebih distal melalui pembedahan, bukan dengan
traksi kulit. Bentuk bentuk traksi biasanya akan membuat ekstremitas yang patah
terangkat lebih tinggi sehingga dapat mengurangi pembengkakan dan meningkatkan
penyembuhan jaringan lunak.
Sewaktu memasang atau
mempertahankan traksi ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan:
a) Tali utama. dipasang paha kiri
rangka sebaiknya menimbulkan gaya tarik yang segaris dengan sumbu panjang
normal tulang pan¬jang yang patah.
b) Berat ekstremitas maupun
alat-alat penyokong sebaiknya seimban¬gan dengan pemberat untuk menjamin agar
reduksi dapat dipertahan¬kan secara stabil dan mendukung ekstremitas yang
patah.
c) Ada tulang yang menonjol
sebaiknya diberi lapisan khusus dan terlindung dengan baik.
d) Traksi dapat bergerak bebas
melalui katrol
e) Pemberat harus cukup tinggi
diatas permukaan lantai dengan klien dalam posisi normal diatas tempat tidur
sehingga perubahan posisi rutin tidak menyebabkan pemberat terletak dilantai sehing¬ga
kehilangan regangan tali.
f) Traksi yang dipasang harus
baik dan terasa nyaman
Kerugian penggunaan traksi :
a) perawatan rumah sakit lebih
lama
b) mobilisasi terbatas.
c) perlu penggunaan alat-alat
yang banyak
d) Indikasi penggunaan traksi :
Tujuan Traksi:
a) Mempertahankan/ memperbaiki
alignment tulang paska fraktur.
b) Mengistirahatkan sendi yang
implamasi
c) Koreksi deformitas.
d) Menghilangkan nyeri karena
spasmeotot.
e) Mengurangi dislokasi sendi.
Prinsip-prinsip:
a) adekuat counter traksi
b) adanya kekuatan melakukan
beban traksi
c) sesuai dengan poros
d) semua sistem harus bebas dari
fiksi / tersangkut
e) klien teriformasi
f) penilaian terus menerus
terhadap kepatenan traksi
g) Observasi neurovaskuler
h) observai adanya nyeri
i) firm matters untuk good
aligment.
j) Perineal care yang benar.
k) Hindari komplikasi tirah
baring.
Rumus untuk pemberian traksi :
1) dewasa 1/3 x BB
2) anak-anak 1/13 x BB
d. Fiksasi interna / pembedahan.
Fiksasi dilakukan dengan
menyatukan patahan tulang dengan memasang plate, wire atau sekrup dengan
tindakan operasi.
a. Open Reduksi intra fiksasi
(ORIF)
Pembedahan reduksi terbuka pada
patah tulang keuntungannya tulang yang patah dapat terlihat. Demikian juga
jaringan sekitar. Fiksasi internal dilaksanakan dalam tehnik asepsis yang
sangat ketat dan klien untuk beberapa saat mendapat antibiotik untuk
pence¬gahan setelah pembedahan.
Alat-alat fiksasi internal adalah
:
1. Pelat dan skup seperti neufeld
dan kuntscher.
2. Transfixian screw / skreu
tembus.
3. Intermedullary rod / batang
menembus sumsum.
4. Prostetic implans /
pencangkokan alat prostetik, seperti austin moore protesis.
b. Debridement
Pembersihan luka fraktur terbuka
dari jaringan nekrotik. adanya jaringan nekrotik di sekitar luka akan
memperlambat proses pen-yembuhan.
c. Transplantasi tulang
Jarang dilakukan, tapi adakalanya
dilakukan pada faktur dimana tulang tidak dapat lagi disatukan ( hancur ).
Untuk mempertahan¬kan keutuhan organ tubuh digunakantransplantasi tulang. Ini
akan juga mempengaruhi kerja otot terhadap tulang.
e. Fisiotherapi dan mobilisasi
Fisiotherapi dilakukan untuk
mempertahankan supaya otot tidak mengecil. Setelah fraktur mulai sembuh
mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali
normal.
Fungsi penyangga badan (Weight
Bearing ) diperbolehkan setelah terbentuk cukup callus.
Prinsip pengobatan yang diberikan
sesuai dengan jenis dan kondisi fraktur. Prinsip pengobatannya antara lain
antibiotik, analgetik, toxoid, antipiretik, dan biasanya ditambah dengan
suplemen vitamin.
Antibiotik
Pengobatan antibiotik pada
fraktur tidaklah spesifik, keefektifan pengobatan ditentukan oleh :
1) Kontaminasi kuman terhadap
luka.
2) Adanya penyakit lain yang
memper¬berat dan mempermudah terjadinya fraktur.
Penyakit yang dapat memperberat
dan mempermudah terjadinya frak-tur :
1) Osteomyelitis acute
2) Osteomyelitis kronik
3) Osteomalacia
4) Osteo porosis
5) Gout dan gouty
6) Rheumatoid arthritis.
Pada fraktur terbuka umumnya luka
kontak dengan udara luar yang banyak ditemukan bakteri gram positif dan gram,
negatif. Pada fraktur tertutup jarang terjadi kontak langsung dengan udara
luar. Pemberian antibiotika digunakan untuk menghambat terjadi infeksi lokal
dan sistemik.
Analgetik
Diberikan untuk mengurangi rasa
sakit yang timbul akibat trau¬ma. Nyeri yang timbul dapat menyebabkan klien
gelisah sampai dengan shock, yang dikenal dengan shock analgetik. Ungkapan rasa
nyeri dan ketidaknyamanan, obat yang paling baik ditemukan adalah salisilate.
sodium dapat digunakan, secara umum dalam bentuk aspirin ( asetil salicilat
asam )
Tujuan dari therapi aspirin
adalah untuk mengatur kemampuan dosis obat sebagai efek anti inflamasi, sama
baiknya dengan analgetik untuk mendapatkan efek ini, aspirin harus diminum
setiap hari sesuai dengan kebutuhan individu dan pada beberapa orang boleh
diberikan dosis ganda untuk efek yang diinginkan.secara umum efek samping :
tinitus dan penurunan pendengaran yang reversible setelah obat bekerja .
Iritasi lambung memungkinkan kehilangan darah sedikit melalui saluran gastrointestinal
akan dijumpai pada beberapa klien sehingga dapat menimbulkan anemia ringan.
Klien dengan iritasi lambung, jika diberi aspirin harus dikombinasi dengan
antasid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar