Jagung
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan. Jagung adalah sumber pangan kedua setelah padi (Elly 1992). Peranan
jagung selain sebagai pangan (food) dan pakan (feed), sekarang banyak digunakan
sebagai bahan baku energi (fuel) serta bahan baku industri lainnya yang
kebutuhannya setiap tahun terus mengalami peningkatan (Zubachtirodin 2011). Hampir
70% dari produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi dan sisanya untuk berbagai
keperluan, baik sebagai pakan ternak maupun bahan industri (Elly 1992).
Menurut
Surya (2009) Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai
pakan ternak (daun dan tongkol), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung
(dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), furfural,
bioetanol, dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya).
Jagung
juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat
penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam
(Belfields, 2008). Kondisi tersebut sangat sesuai dengan iklin di negara
Indonesia yang mana Indonesia adalah negara beriklim tropis dan mendapatkan
pencahayaan sinar matahari maksimal hampir disetiap harinya. Karena jagung
adalah tanaman hari pendek maka produksi jagung tergolong cepat.
Menurut
Suprapto (1995), klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut :
Devisio
: Spermatophyta
Sub
Devisio : Angiospermae
Klas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Glumiflorae
Famili
: Graminae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
Tongkol
Jagung
Tongkol
jagung merupakan limbah pertanian yang banyak dijumpai di Indonesia (Surono
2010). Berdasarkan alanisis yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Prasetyawan
(2012) kandungan nutrisi dalam tongkol jagung sebagai berikut: Kandungan kadar
air 29,54%, bahan kering 70,45%, protein kasar 2,67% dan serat kasar 46,52%
dalam 100% bahan kering.
Tongkol
jagung sebagian besar tersusun oleh selulosa 41%, hemiselulosa 36%, lignin 6%
(Surya,2009). Pemanfaatan tongkol jagung sebagai komponen ransum domba belum
banyak dilakukan karena sifat fisik yang keras ditambah dengan nilai nutrisinya
yang rendah, sehingga diperlukan upaya pengolahan lebih lanjut untuk
memperbaiki nilai nutrisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar