Minggu, 19 April 2015

Jagung





Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah sumber pangan kedua setelah padi (Elly 1992). Peranan jagung selain sebagai pangan (food) dan pakan (feed), sekarang banyak digunakan sebagai bahan baku energi (fuel) serta bahan baku industri lainnya yang kebutuhannya setiap tahun terus mengalami peningkatan (Zubachtirodin 2011). Hampir 70% dari produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi dan sisanya untuk berbagai keperluan, baik sebagai pakan ternak maupun bahan industri (Elly 1992).
Menurut Surya (2009) Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun dan tongkol), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), furfural, bioetanol, dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya).
Jagung juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam (Belfields, 2008). Kondisi tersebut sangat sesuai dengan iklin di negara Indonesia yang mana Indonesia adalah negara beriklim tropis dan mendapatkan pencahayaan sinar matahari maksimal hampir disetiap harinya. Karena jagung adalah tanaman hari pendek maka produksi jagung tergolong cepat.
Menurut Suprapto (1995), klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut :
Devisio : Spermatophyta
Sub Devisio : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

Tongkol Jagung
Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang banyak dijumpai di Indonesia (Surono 2010). Berdasarkan alanisis yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Prasetyawan (2012) kandungan nutrisi dalam tongkol jagung sebagai berikut: Kandungan kadar air 29,54%, bahan kering 70,45%, protein kasar 2,67% dan serat kasar 46,52% dalam 100% bahan kering.
Tongkol jagung sebagian besar tersusun oleh selulosa 41%, hemiselulosa 36%, lignin 6% (Surya,2009). Pemanfaatan tongkol jagung sebagai komponen ransum domba belum banyak dilakukan karena sifat fisik yang keras ditambah dengan nilai nutrisinya yang rendah, sehingga diperlukan upaya pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki nilai nutrisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar