Karl Jaspers
(1883-1969) adalah salah satu ikon dari
jenis pemikiran yang disebut sebagai filsafat eksistensialisme. Eksistensialis
adalah nama yang dipakai Jaspers sendiri sebagai judul salah satu bukunya
"Existenzphilosophie" (1938). Jaspers menganggap bahwa filsafat adalah gerak
pemikiran yang tidak pernah berhenti. Gerak pemikiran ini menuntut manusia
untuk memahami kenyataan sebagai satu hal yang harus dikenal dan dikatakan.
Kenyataan itu adalah objek yang selalu terbuka bagi manusia untuk dikenal.
Jaspers menyatakan pandangannya tentang ilmu pengetahuan bahwa hal-hal yang
diketahui secara ilmiah merupakan tugas ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu
filsafat tidak relevan atas hal itu. Filsafat menjadi ilmu yang relevan jika
dalam ilmu pengetahuan sudah sampai pada tahap ketidaktahuan. Menurut Jaspers,
filsafat dimulai oleh manusia dengan mempelajari hasil ilmu-ilmu agar diketahui
dimana batas yang dapat diketahui dan yang mana yang tidak dapat diketahui.
Karena semakin banyak yang diketahui akan semakin banyak hal yang
dipertanyakan. Dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itu manusia akan mendapat
dasar untuk eksistensinya. Manusia menjadi eksistensi karena pilihan yang bebas
terhadap pertanyaan itu. Mengenai eksistensi manusia ini Jaspers membahasnya
dalam satu bagian pada karyanya yaitu Penerangan Eksistensi. Mengenai
penerangan eksistensi ini Jaspers mengaitkanya dengan Transendensi, karena
menurutnya tidak ada eksistensi tanpa transendensi. Transendensi dimaksudkan
Jaspers ialah untuk mengungkapkan Allah. Sejak awal Jaspers menerangkan
eksistensi selalu behubungan dengan Transendensi. Tidak ada eksistensi tanpa
transendensi. Bereksistensi, menurut Jaspers selalu berdiri di hadapan
Transendensi. Transendensi itu menyembuyikan dirinya dari eksistensi manusia,
yang menjadi dasar dari kebebasn manusia itu sendiri. Dengan paham ini, Jaspers
mau mengatakan bahwa kebebasan manusia tidak hanya diberi lewat kebijaksanaan
ilahi, tetapi juga melalui apa yang tersembunyi. Transendensi atau yang ilahi berbicara
atau bertindak lewat tanda-tanda yang harus dipahami dan dikenal manusia dengan
menafsirkannya. Dengan menafsirkan tanda-tanda itu serta
bagaimana cara manusia menyikapinya akan memberi dasar dari
eksistensi manusia. Dengan menafsir dan memberi keputusan terhadapnya manusia
menentukan menjadi apa dirinya untuk selama-lamanya. Filsafat eksistensi bukan
hanya filsafat yang hanya merenungkan kebenaran, tetapi juga menghayati dan
menghidupi kebenaran. Dengan ini yang hendak dikatakan Jaspers adalah kebenaran
cara berpikir manusia dibuktikan oleh sikap dan tindakannya. Itulah dasar
sebagai manusia yang bereksistensi. Tujuan dari penerangan eksistensi adalah
agar setiap individu memahami dan menyadari bahwa dalam diri setiap manusia
memiliki keunikan yang mebedakannya dari mahluk lain. Keunikan yang dimaksudkan
adalah adanya kemungkinan bagi manusia untuk menentukan dirinya sendiri, karena
eksistensi itu bersifat individual dan personal. Kemungkinanku sebagai sebagai
pribadi bukanlah kemungkinan manusia lain, Karena apa yang ada dalam diriku
menuju kepenuhan yang sejati dalam kebebasanku. Meski eksistensi memiliki
kebebasan yang total, namun eksistensi harus dihayati dalam relasi dengan
eksistensi yang lain. Harus ada komunikasi antara eksistensi yang satu dengan
yang lain. Dengan demikian penerangan eksistensi membutuhkan komunikasi. Dengan
adanya relasi dan komunikasi dengan eksistensi yang lainlah kebebasa dapat kita
gunakan. Dalam relasi itu kita dapat memilih dan menyadari diri kita sendiri
diantar yang lain. Dengan demikian penerangan eksistensi merupakan mengerti dan
belajar menggunakan kebebasan untuk menjadi diriku yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar