Minggu, 12 April 2015

Karl Jaspers : Metode Refleksi



Karl Jaspers (1883-1969)  adalah salah satu ikon dari jenis pemikiran yang disebut sebagai filsafat eksistensialisme. Eksistensialis adalah nama yang dipakai Jaspers sendiri sebagai judul salah satu bukunya "Existenzphilosophie" (1938). Jaspers menganggap bahwa filsafat adalah gerak pemikiran yang tidak pernah berhenti. Gerak pemikiran ini menuntut manusia untuk memahami kenyataan sebagai satu hal yang harus dikenal dan dikatakan. Kenyataan itu adalah objek yang selalu terbuka bagi manusia untuk dikenal. Jaspers menyatakan pandangannya tentang ilmu pengetahuan bahwa hal-hal yang diketahui secara ilmiah merupakan tugas ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu filsafat tidak relevan atas hal itu. Filsafat menjadi ilmu yang relevan jika dalam ilmu pengetahuan sudah sampai pada tahap ketidaktahuan. Menurut Jaspers, filsafat dimulai oleh manusia dengan mempelajari hasil ilmu-ilmu agar diketahui dimana batas yang dapat diketahui dan yang mana yang tidak dapat diketahui. Karena semakin banyak yang diketahui akan semakin banyak hal yang dipertanyakan. Dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itu manusia akan mendapat dasar untuk eksistensinya. Manusia menjadi eksistensi karena pilihan yang bebas terhadap pertanyaan itu. Mengenai eksistensi manusia ini Jaspers membahasnya dalam satu bagian pada karyanya yaitu Penerangan Eksistensi. Mengenai penerangan eksistensi ini Jaspers mengaitkanya dengan Transendensi, karena menurutnya tidak ada eksistensi tanpa transendensi. Transendensi dimaksudkan Jaspers ialah untuk mengungkapkan Allah. Sejak awal Jaspers menerangkan eksistensi selalu behubungan dengan Transendensi. Tidak ada eksistensi tanpa transendensi. Bereksistensi, menurut Jaspers selalu berdiri di hadapan Transendensi. Transendensi itu menyembuyikan dirinya dari eksistensi manusia, yang menjadi dasar dari kebebasn manusia itu sendiri. Dengan paham ini, Jaspers mau mengatakan bahwa kebebasan manusia tidak hanya diberi lewat kebijaksanaan ilahi, tetapi juga melalui apa yang tersembunyi. Transendensi atau yang ilahi berbicara atau bertindak lewat tanda-tanda yang harus dipahami dan dikenal manusia dengan menafsirkannya. Dengan menafsirkan tanda-tanda itu serta bagaimana  cara manusia menyikapinya akan memberi dasar dari eksistensi manusia. Dengan menafsir dan memberi keputusan terhadapnya manusia menentukan menjadi apa dirinya untuk selama-lamanya. Filsafat eksistensi bukan hanya filsafat yang hanya merenungkan kebenaran, tetapi juga menghayati dan menghidupi kebenaran. Dengan ini yang hendak dikatakan Jaspers adalah kebenaran cara berpikir manusia dibuktikan oleh sikap dan tindakannya. Itulah dasar sebagai manusia yang bereksistensi. Tujuan dari penerangan eksistensi adalah agar setiap individu memahami dan menyadari bahwa dalam diri setiap manusia memiliki keunikan yang mebedakannya dari mahluk lain. Keunikan yang dimaksudkan adalah adanya kemungkinan bagi manusia untuk menentukan dirinya sendiri, karena eksistensi itu bersifat individual dan personal. Kemungkinanku sebagai sebagai pribadi bukanlah kemungkinan manusia lain, Karena apa yang ada dalam diriku menuju kepenuhan yang sejati dalam kebebasanku. Meski eksistensi memiliki kebebasan yang total, namun eksistensi harus dihayati dalam relasi dengan eksistensi yang lain. Harus ada komunikasi antara eksistensi yang satu dengan yang lain. Dengan demikian penerangan eksistensi membutuhkan komunikasi. Dengan adanya relasi dan komunikasi dengan eksistensi yang lainlah kebebasa dapat kita gunakan. Dalam relasi itu kita dapat memilih dan menyadari diri kita sendiri diantar yang lain. Dengan demikian penerangan eksistensi merupakan mengerti dan belajar menggunakan kebebasan untuk menjadi diriku yang sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar