Minggu, 19 April 2015

NEGERI 5 MENARA



Negeri 5 Menara berkisah tentang seorang anak yang bernama Alif yang tinggal di sebuah desa dekat danau Maninjau, Bukittinggi, Sumatera Barat. Dia baru saja lulus Madarasah Tsanawiyh setingkat SMP. Prestasinya juga cukup membanggakan yaitu masuk 10 besar peraih NEM se-kabupaten Agam. Alif semula memiliki rencana bersama teman dekatnya, Randai, yaitu melanjutkan studi ke jenjang SMA terbaik di Kota. Akan tetapi, rencana gagal, karena, ibu Alif kurang setuju untuk mensekolahkan Alif ke jenjang SMA dengan berbagai alasan, Ibu Alif yang berlatar pendidikan agama yang kuat menginginkan agar Alif melanjutkan studi ke sekolah agama, agar Alif benar benar fokus di dunia agama. Akan tetapi Alif menolak rencana tersebut, Alif pun berkirim surat dengan Pak Etek Gindo, yang sedang belajar di Mesir, beliau menyarankan agar Alif melanjutkan studinya ke Pondok Madani, banyak kenalan beliau yang fasih bahasa Arab dan bahasa Inggris berasal dari sana.
Akhirnya usul tersebut diterima Alif, dan Alif pun mengutarakan niatnya untuk melanjutkan studi di Pondok Madani, Jawa timur . Sesampainya di Pondok Madani, Alif dan ayahnya melakukan mengelilingi pondok. Ternyata untuk diterima menjadi murid Pondok Madani harus menjalani serangkaian tes ujian tertulis dan lisan. Dengan berbekal persiapan dua hari akhirnya Alif berhasil melalui tes dan diterima diantara ribuan pelamar. Acara pembukaan penerimaan siswa baru pun dibuka oleh Kiai Rais, pimpinan Pondok Madani. Alif memiliki teman dekat yaitu, Said, Atang, Baso, Raja , Dulmajid..
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani )mampu mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. ” mantera” sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Kehidupan di PM tidaklah mudah Dengan adanya peraturan wajib melakukan percakapan sehari hari menggunakan 2 bahasa, hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur’an, belajar siang-malam.ditambah setiap tiga kali seminggu wajib pidato bahasa Inggris dan bahasa Arab, maka dalam waktu relatif singkat, keenam anak itu mulai merasakan perkembangan cukup pesat dalam berbahasa, terutama Baso dan Raja, yang selalu mendominasai hampir semua mata pelajaran. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara mesjid , sambil menatap awan dan memikirkancita-cita mereka kedepan. Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu.
Menjelang ujian kelulusan, Baso memutuskan untuk kembali ke kampung, karena neneknya sakit, dia pun mendapat tawaran menjadi guru bahasa Arab dasar di sebuah sekolah yang baru dibangun. Akhirnya, Baso pun meninggalkan PM, sebelum dia sempat mengikuti ujian kelulusan. Kepergian Baso membuat Alif,Said, Atang,Raja, Dulmajid bersemangat untuk mewujudkan impian mereka pergi ke Eropa dan Amerika. Mereka tau, pilhan mereka bersekolah di PM adalah benar, karena pilihan Allah adalah terbaik.Mereka harus menjadi sukses, dan membuktikan pada semua orang bahwa orangh desa seperti mereka mampu menginjakkan kaki di Eropa dan Amerika. Kesuksesan mereka lahir bukan hany karena usaha mereka, namun karena dukungan dari guru guru hebat dan teman teman. Orang tuanya benar, hal baik yang dipaksakan akan berbuah maanis. sekarang Alif dan teman temannya sangat bersyukur buisa bersekolah di PM dan bertemu orang orang hebat di sini. satu hal yang  mereka meyakini mantra dari gurunya akan slalu mereka pakai “man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar