Selasa, 05 Mei 2015

Peran dan Posisi Indonesia di ASEAN



Indonesia merupakan salah satu dari lima negara penggagas berdirinya ASEAN melalui Deklarasi Bangkok tahun 1967. Indonesia juga merupakan negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dari segi geografi maupun demografi. Alexandra menyatakan bahwa menjadi negara terbesar di regional menyebabkan Indonesia selalu menjadi pemimpin ASEAN dan mengambil tanggungjawab, mendorong dan memastikan bahwa negara-negara ASEAN lain menjalankan prinsip dan norma yang disepakati. Sehingga keberadaan Indonesia di ASEAN menjadi sangat penting terutama bagi keberlangsungan masa depan ASEAN. Hal tersebut disinyalir menjadi alasan dukungan kuat Indonesia dalam mengembangkan ASEAN agar bisa sampai menjadi komunitas. Dari sebagian jejak rekam prestasi penyelesaian sengketa di ASEAN yang dipimpin Indonesia, Indonesia dinilai mampu memimpin kemajuan penegakan hak asasi manusia.
Keberadaan Indonesia dinilai penting karena Indonesia berkontribusi secara signifikan bagi perkembangan ASEAN mulai dari pendiriannya hingga kini menuju Masyarakat ASEAN. Dari segi politik dan keamanan, Indonesia telah beberapa kali berperan menjadi kunci utama dalam penyelesaian konflik antar negara-negara ASEAN. Indonesia sebagai manajer krisis dan mediator konflik, Indonesia memiliki kekuatan untuk memengaruhi keputusan dalam konflik maupun krisis sehingga memiliki potensi untuk menjaga stabilitas regional (Widyaningsih & Robert, 2014: 107). Contoh, ketiga terjadi kerenggangan hubungan diplomatik antara Malaysia dan Filipina tahun 1968 akibat dugaan Manila memberi bantuan kepada kelompok separatis Sabah. Presiden Soeharto mengajukan cooling-off period pada ASEAN Ministerial Meeting yang akhirnya menghasilkan Kuantan Statement tahun 1980. Kemudian pada konflik Kamboja, Indonesia mengirim utusannya ke Hanoi, Vietnam untuk bernegosiasi yang akhirnya Indonesia mendapat kepercayaan oleh Vietnam unuk mengadakan Jakarta Informal Meeting antara Hanoi dan ASEAN yang menghasilkan Paris Conference yang diketuai oleh Indonesia. Dua bukti prestasi Indonesia era Orde Baru tersebut menjadikan Indonesia memiliki dukungan kuat dalam multilateral framework yang dibentuk ASEAN. Dalam konflik era kini, Indonesia berhasil kembali menjadi pemimpin dalam penyelesaian konflik antara perbatasan Thailand dan Kamboja terkait kuil Preah Vihear. Indonesia kembali menjadi mediator kedua negara dengan mengupayakan diplomasi atau dialog dengan kedua pihak negara, karena Indonesia meyakini penyelesaian secara militer tidaklah efektif. Inisiatif Indonesia tersebut semakin membuktikan kepemimpinan Indonesia dalam mengawal ASEAN.
Peran kepemimpinan Indonesia d ASEAN dalam perjalanannya mengalami kembang kempis terutama pada krisis moneter 1997, Indonesia cukup disibukkan dengan instabilitas domestik. Ketika Indonesia mengalami pergeseran kebijakan akibat peristiwa 1997, tidak ada kekuatan yang mampu memimpin perkembangan ASEAN hampir selama 5 tahun. Sedangkan dari segi ekonomi, Mc Kinsey Global Institute pada tahun 2012 memprediksi Indonesia akan tumbuh menjadi ekonomi terbesar ke-7 di tahun 2030. Prediksi ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik pasca krisis 1997, namun disisi lain masalah perekonomian domestik masih menjadi kendala akibat pengelolaan distribusi antara modal dan provinsi oleh pemerintah.
Menurut Rattanaseve peluang besar Indonesia menjadi pemimpin ASEAN namun Indonesia menahan diri untuk mengambil peran ini. Keengganan Indonesia dinilai akibat faktor internal yang dirasa belum sepenuhnya stabil, norma ASEAN yang tidak mendukung seperti non-intervensi serta sikap antar negara ASEAN sendiri seperti kurangnya kepercayaan sehingga menghadirkan kewaspadaan akan balance of power. Terdapat tiga kemungkinan akan kepemimpinan ASEAN yaitu kepemimpinan sektoral, kepemimpinan kooperasi dan kepemimpinan berkala. Dalam hal ini Indonesia masih kekurangan kompetensi dalam kepemimpinan sektoral karena ASEAN membutuhkan pemimpin yang berfungsi sebagai titik fokus lembaga seperti Amerika Serikat dalam tatanan sistem internasional pasca Perang Dingin. Keinginan Indonesia untuk berperan aktif dalam mediasi terhadap krisis merupakan hal positif bagi ASEAN karena ASEAN tidak mampu bertumpu pada anggota yang lemah. Maka model kepemimpinan dalam ASEAN layaknya model flying geese, padahal negara-negara ASEAN masih berkonsentrasi pada masalah domestik daripada regionalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar