Kamis, 14 Mei 2015

Ramalan dan Zodiak dalam Islam



Ramalan dan Zodiak
Dalam astrologi, horoskop adalah sebuah bagan atau diagram yang menggambarkan posisi Matahari, bulan, planet-planet,aspek-aspek astrologis, dan sudut-sudut sensitif pada saat kelahiran seorang anak. Kata horoskop berasal dari bahasa Yunani, horoskopos (jamak: horoskopoi) yang berarti "mengamati", "memeriksa waktu", jam, atau "tanda (tanda-tanda) jam". Kata ini digunakan sebagian metode ramalan mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan waktu-waktu tertentu yang digambarkan dalam dasar-dasar astrologi horoskopis.
Dalam penggunaan sehari-hari horoskop seringkali dihubungkan dengan penafsiran sang astrolog, yang biasanya dilakukan melalui sistem lambang-lambang astrologi. Dalam berbagai suratkabar dan majalah kita dapat menemukan kolom atau artikel yang memuat ramalan-ramalan yang didasarkan pada posisi Matahari dalam kaitannya dengan hari kelahiran seseorang.
Astrologi adalah Ilmu  yang menghubungkan antara gerakan benda-benda Tata Surya,(planet, bulan,dan matahari)dengan nasib manusia. Karena semua planet,matahari dan bulan beredar di sepanjang lingkaran Ekliptik, otomatis mereka semua juga beredar di antara Zodiak. Ramalan Astrologi didasarkan pada kedudukan benda-bendaTata Surya di dalam Zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan berzodiak Sagittarius, Karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi bintang Sagittarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu tropikal danwaktu sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak, yaitu zodiak tropikal danzodiak sideral. Sebagian besar astrologer Barat menggunakan zodiak tropikal.
Pandangan Islam terhadap Ramalan
Seperti yang telah dijabarkan pada pengertian ramalan dan zodiak diatas, tentu saja nama-nama Ramalan Zodiak Bintang yang kita kenal tsb. hanyalah sebuah istilah yang diciptakan manusia berdasarkan pemahaman mereka terhadap alam dunia ini. Primbon atau perhitungan Jawa yang banyak dipakai orang untuk memulai sesuatu pekerjaan, memberi nama anak atau bayi, menghitung nasib, karakter, peruntungan, jenis pekerjaan, jodoh, cinta, berdasarkan perhitungan tersebut tentu saja hal itu hanya sebuah peradaban yang tidak bisa dijadikan pegangan. Ramalan Bintang sudah ada sejak dahulu kala, ketika itu manusia memperhatikan perjalanan serta keadaan bintang - bintang dilangit beserta planetnya.Mereka percaya, bahwa ada suatu sebab akibat antara susunan planet dilangit dengan nasib serta perjalanan hidup seorang manusia. Jadi yang namanya Ramalan Bintang tersebut merupakan sebuah peradaban atau kebudayaan manusia semata.
Mengenai Ramalan Zodiak kita bisa lihat Ramalan Bintang menurut Dr. Yusuf Qardhawi, cendekiawan muslim asal Qatar, ramalan bintang adalah ilmu rekaan yang menghubung-hubungkan pergerakan bintang dalam sistem tata surya dengan sesuatu yang akan terjadi kemudian di kehidupan manusia. Menurut Islam, bintang-bintang itu adalah sebagian dari makhluk Allah SWT yang tunduk akan sunnah-Nya. Jadi orang yang mempercayai ramalan bintang sebagai sesuatu yang benar, maka ia termasuk orang yang kufur.
Dalam sebuah hadis Nabi dijelaskan, “Barang siapa mendatangi ahli nujum, kemudian ia mempercayai terhadap apa-apa yang diucapkan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” (HR Al Bazzar)
Menurut Islam, semua hari adalah baik. Dulu pada jaman Jahiliyah, masyarakat Arab mempercayai bahwa menikah di bulan syawwal atau bulan-bulan haram seperti muharram akan mendatangkan malapetaka. Rasulullah s.a.w. kemudian mengikis kayakinan tersebut, beliau menikahi Aisyah r.a. pada bulan syawwal. Beliau juga menikahkan puterinya Fatimah pada bulan shafar dan sebagian riwayat mengatakan awal bulan Muharram.


Hukum Membaca Ramalan dan Zodiak
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti iatelah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmunujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan).Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam menyatakan bahwa apabila ilmu nujum-nya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut. Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimanaAllah berfirman yang artinya:
            Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan- syaitan pada masa kerajaan            Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal         Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan-lah yang kafir    (mengerjakan sihir).” (Qs. Al Baqarah: 102)
Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsungmaupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selainAllah ta’ala yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah ta’ala telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia. Allah ta’ala berfirman yang artinya:
            Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara          yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml:65).
Dalam ayat lain, Allah menegaskanbahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya,
            Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat;       dan Dia-`lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan          tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya            besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah    Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34).
Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam. Imam Bukhari ra telah meriwayatkan di dalam kitab sahihnya bahawa Qatadah, seorang ulama tabien yang terkenal telah berkata
            “ Allah telah menciptakan bintang-bintang untuk tiga perkara iaitu perhiasan langit,          pelempar syaitan dan sebagai tanda-tanda penunjuk arah maka barangsiapa yang     mentafsirkan bintang- bintang selain dari tiga perkara ini maka ianya adalah salah dan       sia-sia iaitu mensia-siakan nasibnya serta memaksa dirinya dengan sesuatu yang dia          tidak mempunyai ilmu untuk mengetahuinya.”
Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:
Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam yang artinya,
“Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, makatidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)
Jika ia membaca zodiak kemudianmembenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufurdengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).

a.      Ramalan Bintang Termasuk Ilmu Nujum/Perbintangan
Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia). Dalam islam, zodiak termasuk ke dalam ilmu nujum/Perbintangan.

b.      Ramalan Bintang Adalah Sihir
Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmu nujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan). Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa apabila ilmu nujumnya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut. Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: 
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).”(QS. Al Baqarah: 102)

c.       Ramalan Bintang = Mengetahui Hal yang Gaib
Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia. Allah berfirman yang artinya: 
“Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml: 65).
Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34).
 Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam.




d.      Ramalan Bintang = Ramalan Dukun
Setiap orang yang menyatakan bahwa ia mengetahui hal yang gaib, maka pada hakikatnya ia adalah dukun. Baik dia itu tukang ramal, paranormal, ahli nujum dan lain-lain. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ust Abu Isa Hafizhohullah) Oleh karena itu, ramalan yang didapatkan melalui zodiak sama saja dengan ramalan dukun. Hukum membaca ramalan bintang disamakan dengan hukum mendatangi dukun. (Kesimpulan dari penjelasan Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dalam kitab At-Tamhid).

e.       Hukum Membaca Ramalan Bintang
Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:
Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah
“Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)
Jika ia membaca zodiak kemudian membenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah bersabda“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).
Jika ia membaca zodiak dengan tujuan untuk dibantah, dijelaskan dan diingkari tentang kesyirikannya, maka hukumnya terkadang dituntut bahkan wajib. (disarikan dari kitab Tamhid karya Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dan Qaulul Mufid karya Syeikh Utsaimin dengan sedikit perubahan).

f.        Nasib Baik dan Nasib Buruk
Sesungguhnya orang-orang yang mencari tahu ramalan nasib mereka, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka menginginkan nasib yang baik dan terhindar dari nasib yang buruk. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita cam dan yakinkan di dalam hati-hati kita, bahwa segala hal yang baik dan buruk telah Allah takdirkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sebagaimana Nabi bersabda 
“Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim).
Hanya Allah yang tahu nasib kita. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hal yang baik dan terhindar dari hal yang buruk, selebihnya kita serahkan semua hanya kepada Allah. Allah berfirman yang artinya 
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath Thalaq: 3).
Terakhir, ingatlah, bahwa semua yang Allah tentukan bagi kita adalah baik meskipun di mata kita hal tersebut adalah buruk. Allah berfirman yang artinya 
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216).
 Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa apabila kita mendapatkan suatu hal yang buruk, maka pasti ada kebaikan dan hikmah di balik itu semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Adil terhadap hamba-hambaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar